MAKALAH
MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRKPATRICK
Dosen Pengampuh Dr, Andriyani, M.Si
Disusun
oleh:
Mukmin Amsidi
2108050024
PROGRAM
STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami penjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Model Evaluasi Program Pembelajaran Kirkpatrick”
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan oleh Dosen Pengampu.
Dalam Penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kalabahi, 28 Mei 2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II PENDAHULUAN
A. A. Model Kirkpatrick
B. B. Level Kirkpatrick
C. C. Hubungan Level Kirkpatrick
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mutu
Pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu siswa, kepala sekolah,
karyawan, komite sekolah, orang tua, masyarakat, kualitas pembelajaran,
kurikulum dan sebagiannya Edi Suhartoyo dalam (Putro 2000:1). Hal serupa juga
disampaikan oleh Djemari Mardapi dalam (Putro 2000:1) bahwa : Usaha peningkatan
kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan
kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang
baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian
yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan
memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Evaluasi program
merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai, desain, implementasi
dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Dengan
demikian salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah
proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk
efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi baik terhadap proses maupun
hasil pembelajaran.
Evaluasi
Merupakan suatau proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan
penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
serta penyusunan program selanjutnya. National
Study On Evaluation dalam (Aulia et al., 2020:24) selanjutnya menurut Cross dalam (Nurjanah 2018:73) Evaluation is a process wich determines the
exent to wich objectives have been achieved.
Menurut Kirpatrick (2006) tujuan evaluasi adalah untuk
memperoleh informasi yang akurat dan obyektif tentang suatu program yang telah
direncanakan dan dilaksanakan. Informasi tersebut dapt berupa proses
pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai dan efesiensi. Hasil evaluas
dapat juga dijadikan tolak ukur apakah program tersebut berhasil atau tidak,
dapat dilanjutkan atau dihentikan, serta dapat dijadikan pijakan untuk menyusun
program lanjutan. (Badu 2013:106)
Evaluasi program juga
merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat
digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun
program selanjutnya.
Dalam melakukan evaluasi,
perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan
suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model
evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi
yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai
hasil yang diharapkan.
Oleh
karena itu dalam makalah akan membahas salah satu model
evaluasi program yang dikenal dengan nama Model Evaluasi Kirkpatrick. Kirkpatrick adalah salah seorang ahli evaluasi
program pelatihan dalam bidang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Model
evaluasi yang dikembangkan oleh Kikpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model yaitu: Level 1 Reaction,
Level 2 Learning, Level 3 Behavior, Dan Level 4 Result, dari nama tersebut
dibuatlah nama model penilaian sehingga menjadi identitas Model evaluasi Kirkpatrick yang melekat
kepada penciptanya (Ridho
et al., 2020 : 1486)
Model Kirkpatrick memiliki beberapa
kelebihan antara lain:
1). lebih komprehensif/luas,
karena mencakup aspek kognitif,
Psikomotorik dan afektif; 2).
objek evaluasi tidak
hanya hasil belajar
semata tetapi juga mencakup
proses, output maupun
outcomes.
Sedangkan
kekurangannya adalah untuk mengukur inpact sulit dilakukan karena selain sulit
tolak ukurnya sudah diluar jangkauan guru atau sekolah. (Ritonga et al., 2019:16).
Model Kirkpatrick menjadi salah satu rujukan dan standar dari
bebagai perusahaan besar dalam program training bagi pembenahan sumber daya
manusia.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Apa yang
dimaksud dengan model evaluasi Kirkpatrick?
2. Apa saja
level evaluasi dalam model evaluasi Kirkpatrick?
3. Apa hubungan antar level evaluasi
model Kirkpatrick?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
konsep model evaluasi Kirkpatrick.
2. Mengetahui
level evaluasi dalam model evaluasi Kirkpatrick.
3. Mengetahui
hubungan antar level evaluasi model Kirkpatrick.
D. Manfaat Penulisan
Sebagai referensi dalam memahami materi mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika bagi pembaca dan bagi penulis khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Evaluasi Program Kirkpatrick
Lin & Chuang dalam (Ritonga et al., 2019:14) mengatakan model evaluasi empat level Kirkpatrick merupakan
model evaluasi yang level evaluasinya mencakup keseluruhan program untuk
menilai apa yang kita butuhkan. Sedangkan
menurut Falleta dalam (Ritonga et al., 2019:14) model evaluasi Kirkpatrick yaitu
(a) untuk membenarkan keberadaan fungsi pelatihan dengan menunjukkan bagaimana
kontribusi untuk tujuan dan sasaran organisasi, (b) untuk memutuskan apakah
akan melanjutkan program pelatihan, dan (c) meningkatkan pelatihan.
Menurut Kirkpatrick (1959) evaluasi didefinisikan
sebagai kegiatan untuk menentukan tingkat efektifitas suatu program pelatihan.
Dalam model Kirkpatrick, evaluasi dilakukan melalui empat tahap evaluasi atau
kategori. Tahap ini adalah: (1) reaction adalah evaluasi untuk mengetahui tingkat
kepuasan peserta terhadap pelaksanaan suatu pelatihan; (2) learning adalah
evaluasi untuk mengukur tingkat tambahan pengetahuan, ketrampilan maupun
perubahan sikap peserta setelah mengikuti pelatihan; (3) behavior adalah
evaluasi untuk mengetahui tingkat perubahan perilaku kerja peserta pelatihan
setelah kembali ke lingkungan kerjanya; dan (4) result; adalah evaluasi untuk
mengetahui dampak perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap tingkat
produktifitas organisasi. (Damanik 2019:32-33)
B. Level Evaluasi
dalam Model Evaluasi Kirkpatrick
Menurut
Kirkpatrick (dalam Ramadhon, hlm.45) evaluasi terhadap efektivitas program
pelatihan mencakup empat level evaluasi,yaitu sebagai berikut:
1. Reaction level
Mengevaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan berarti mengukur kepuasan
peserta (customer satisfaction). Program pelatihan dianggap efektif apabila
proses training dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan
sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan
kata lain, peserta akan termotivasi apabila proses pelatihan berjalan memuaskan
bagi peserta yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang
menyenangkan. Sebaliknya, apabila peserta tidak merasa puas terhadap proses
pelatihan yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti
kegiatan pelatihan lebih lanjut. Kepuasan peserta pelatihan dapat dikaji dari
beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang diberikan, strategi
penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang
tersedia, jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang disediakan.
Penjelasan Reaction,
Mengetahui
tingkat kepuasan peserta dapat dilakukan dengan mengukur beberapa aspek dalam
pelatihan, yang meliputi: pelayanan panitia penyelenggara, kualitas instruktur,
kurikulum pelatihan, materi pelatihan, metode belajar, suasana kelas, fasilitas
utama dan fasilitas pendukung, kebernilaian dan kebermaknaan isi pelatihan, dan
lain-lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan suatu pelatihan. Mengukur
reaksi ini relatif mudah karena bisa dilakukan dengan menggunakan reaction
sheet yang berbentuk angket. Evaluasi terhadap reaksi ini sesungguhnya dimaksudkan untuk mendapatkan
respon sesaat peserta terhadap kualitas penyelenggaraan pelatihan. Oleh karena
itu waktu yang paling tepat untuk menyebarkan angket adalah sesaat setelah
pelatihan berakhir atau beberapa saat sebelum pelatihan berakhir.
Langkah-langkah
dalam melakukan evaluasi di level-1 adalah:
a)
Tentukan hal-hal yang dapat
menginformasikan kepuasan peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan seperti
fasilitas, jadwal, kualitas makanan, kualitas pengajar, kualitas diktat atau
modul, kualitas media pembelajaran, strategi pembelajaran yang diterapkan
pengajar, kesigapan dan keramahan panitia, serta informasi lainnya yang
dibutuhkan.
b)
Informasi-informasi tersebut
kemudian dikemas dalam suatu format isian yang mudah dimengerti oleh subjek
evaluasi, serta dapat mengkuantifikasikan informasi-informasi tersebut berupa angket dan Kuesioner Tambahkan juga kolom komentar dan saran
sebagai informasi tambahan.
c) Lakukan evaluasi di level ini segera, baik ketika kegiatan belangsung, maupun setelah kegiatan pelatihan berakhir.
2. Learning level Menurut Kirkpatrick (dalam Damanik 2019:33) Ada tiga
hal yang dapat pelatih ajarkan dalam program pelatihan, yaitu pengetahuan,
sikap, maupun ketrampilan. Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila
pada dirinya telah mengalami perubahan sikap,
Penjelasan Learning,
Evaluasi
tahap kedua ini sesungguhnya evaluasi terhadap hasil pelatihan. Program
dikatakan berhasil ketika aspek-aspek tersebut diatas mengalami perbaikan
dengan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan. Semakin
tinggi tingkat perbaikannya, berhasil pula suatu program pelatihan. Kegiatan
pengukuran dalam evaluasi tahap kedua ini relatif lebih sulit dan lebih memakan
waktu jika dibanding dengan mengukur reaksi peserta. Oleh karenanya penggunaan
alat ukur dan pemilihan waktu yang tepat akan dapat membantu kita mendapatkan
hasil pengukuran yang akurat. Alat ukur yang bisa kita gunakan adalah tes
tertulis dan tes kinerja. Tes tertulis kita gunakan untuk mengukur tingkat
perbaikan pengetahuan dan sikap peserta, sementara tes kinerja kita gunakan
untuk mengetahui tingkat penambahan ketrampilan peserta. Untuk dapat mengetahui
tingkat perbaikan aspek-aspek tersebut, tes dilakukan sebelum dan sesudah
program. Disamping itu, Kirkpatrick juga menyarankan penggunaan kelompok
pembanding sebagai referensi efek pelatihan terhadap peserta. Kelompok
pembanding ini adalah kelompok yang tidak ikut program pelatihan. Kedua
kelompok diukur dan diperbandingkan hasil pengukuran keduanya hingga dapat
diketahui efek program terhadap pesertanya.
Langkah-langkah
dalam melaksanakan evaluasi di level-2, adalah:
a) Lakukan
evaluasi terkait peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap
sebelum dan sesudah pelatihan.
b) Gunakan
tes tertulis untuk mengukur pengetahuan dan sikap.
c) Gunakan
tes performa dalam mengukur keterampilan;
Gunakan hasil pengukuran tersebut untuk melakukan tidakan yang sesuai. Yang dimaksud tindakan yang sesuai dalam hal ini adalah melakukan tindakan konfirmatif dengan hasil evaluasi di level-1, apakah karena pengajar kurang komunikatif dalam menyampaikan materi, terkait strategi belajar yang tidak sesuai dengan harapan peserta, atau karena faktor-faktor lain di level-1 yang mungkin dapat menyebabkan peserta mengalami demotivasi dalam belajar.
3. Behavior level
Evaluasi pada level ketiga ini berbeda denga evaluasi terhadap sikap pada level
kedua. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap
yang terjadi pada saat pelatihan dilakukan sehingga lebih bersifat internal,
sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah
peserta kembali ke tempat kerja. Yang dinilai dalam tingkah laku ini adalah
perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja maka evaluasi level ketiga
ini dapat disebut dengan evaluasi terhadap outcome dari kegiatan pelatihan.
Penjelasan Behaviour,
Evaluasi
terhadap perilaku ini difokuskan pada perilaku kerja peserta pelatihan setelah
mereka kembali ke dalam lingkungan kerjanya. Perilaku yang dimaksud di sini
adalah perilaku kerja yang ada hubungannya langsung dengan materi pelatihan,
dan bukan perilaku dalam konteks hubungan personal dengan rekan-rekan
kerjanya. Jadi, yang ingin diketahui
dalam evaluasi ini adalah seberapa jauh perubahan sikap mental (attitude),
perbaikan pengetahuan, atau penambahan ketrampilan peserta membawa pengaruh
langsung terhadap kinerja peserta ketika kembali ke lingkungan kerjanya. Apakah
perubahan sikap mental (attitude), perbaikan pengetahuan, atau penambahan
ketrampilan peserta itu diimplementasikan dalam lingkungan kerja peserta
ataukah dibiarkan berkarat dalam diri peserta tanpa pernah diimplementasikan. Evaluasi
perilaku ini dapat dilakukan melalui observasi langsung ke dalam lingkungan
kerja peserta. Disamping itu bisa juga melalui wawancara dengan atasan maupun rekan
kerja peserta. Dari sini diharapkan akan diketahui perubahan perilaku kerja
peserta sebelum dan setelah ikut program. Karena terkadang ada kesulitan untuk
mengetahui kinerja peserta sebelum ikut pelatihan, disarankan juga untuk
melakukan dokumentasi terhadap catatan kerja peserta sebelum mengikuti
pelatihan. Pada program pelatihan yang sifatnya rutin yang merupakan kerjasama
suatu institusi dengan penyelenggara pelatihan, mengukur perilaku kerja peserta
dapat dilakukan secara simultan dari angkatan yang satu ke angkatan berikutnya.
Dalam kasus ini, biasanya pimpinan organisasi atau institusi memegang peranan
penting dan biasanya pimpinan organisasilah yang mengambil inisiatif sebab
merekalah yang paling berkepentingan dengan hasil pelatihan yang sudah dikenakan
pada anak buahnya. Seringkali peserta pelatihan membutuhkan waktu transisi
dalam merubah perilaku kerjanya setelah ikut program. Oleh karena itu sangat
disarankan pelaksanaan evaluasi perilaku ini dilakukan dengan terlebih dahulu
memberi waktu jeda untuk masa transisi itu. Sementara pakar evaluasi
menyarankan paling cepat 3 bulan setelah pelatihan berakhir. Disamping itu
disarankan juga evaluasi ini dilakukan lebih dari satu kali dalam rentang waktu
yang cukup untuk mengetahui apakah perubahan perilaku itu bersifat sementara
ataukah permanen.
Langkah-langkah
dalam melakukan evaluasi level-3 adalah:
a) Lakukan
terlebih dahulu evaluasi di level-1 dan level-2.
b) Berikan
waktu untuk berlangsungnya perubahan perilaku, yang umumnya adalah 3 sampai
dengan 6 bulan setelah pelatihan.
c) Lakukan
evaluasi perilaku baik sebelum dan sesudah program pelatihan apabila
memungkinkan.
d) Lakukan
metode survey menggunakan kuisioner atau/dan wawancara pada peserta pelatihan,
atasan langsung peserta, bawahan peserta, dan pihak lain yang sering mengamati
perilaku peserta.
e) Lakukan
evaluasi pada semua peserta, atau apabila tidak memungkinkan gunakan metode
sampling.
f) Lakukan evaluasi ulangan pada waktu yang sesuai, untuk memastikan peserta tetap pada perilaku yang sesuai dengan tujuan pelatihan.
4. Result level
Evaluasi hasil dalam level keempat ini difokuskan pada hasil akhir yang terjadi
karena peserta mengikuti suatu program. Yang termasuk dalam kategori hasil
akhir dari suatu program pelatihan diantaranya adalah membandingkan kenaikan produksi sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan kenaikan produksi, peningkatan kualitas,
penurunan biaya, penurunan kuantitas, dan kenaikan keuntungan. Beberapa program
mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun membangun team work yang lebih
baik. Dengan kata lain adalah evaluasi terhadap impact program. (Putro 2000:10)
Penjelasan Result,
Evaluasi hasil dalam level ke
4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta
telah mengikuti suatu program. evaluasi terhadap result ini bertujuan untuk
mengetahui dampak perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap tingkat
kinerjanya dalam organisasi. Dalam kegiatan pembelajaran model evaluasi ini
mengarah pada hasil akhir yang diperoleh peserta pelatihan. Evaluasi result
juga berfungsi untuk mengembangkan suatu program pembelajaran yang meliputi
desain belajar mengajar. untuk menetapkan kedudukan suatu program pembelajaran
berdasarkan ukuran/kriteria tertentu,sehingga suatu program dapat dipercaya,
diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau sebaliknya program itu harus
diperbaiki.
Langkah langkah dalam melakukan evalausi di
level- 4 adalah:
a) Lakukan
terlebih dahulu evaluasi di level-3. Berikan waktu dalam melihat dampak muncul
atau tercapai. Tidak ada waktu yang
spesifik dalam melakukan evaluasi hasil, sehingga dalam menentukan waktu
pelaksanaan evaluasi harus mempertimbangkan berbagai faktor yang terlibat.
b) Dapat
dilakukan dengan metode survey menggunakan kuisioner ataupun wawancara terhadap
peserta pelatihan dan pimpinan perusahaan.
c) Lakukan
pengukuran, baik sebelum dan sesudah program pelatihan apabila memungkinkan.
d) Pertimbangan
biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang didapat.
e) Dapat
menggunakan data sekunder, seperti data penjualan, data produksi, dan data
lainnya yang mendukung hasil survey dalam menganalisi hasil.
C. Hubungan Antar
Level Evaluasi Model
Evaluasi
Kirkpatrick menginterpretasikan bahwa
keberhasilan pelatihan yang diukur di suatu level akan menjadi dasar
keberhasilan di level selanjutnya. Jadi jika sejak level reaksi seorang
partisipan sudah mengalami ketidakpuasan, maka tidak mungkin ia bisa meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sehingga bisa diasumsikan bahwa untuk mencapai Level 2
maka peserta harus lulus level 1, selanjutnya untuk mencpai level 3 maka
peserta harus lulus level 2 begitu pula untuk mencapai level 4 maka peserta
haruslah berhasil dilevel 3.
BAB
I
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kirkpatrick salah seorang ahli evaluasi
program pelatihan dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM). Model
evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick
Four Levels Evaluation Model. yaitu: level 1 reaction, level 2 learning , level
3 behavior, dan level 4 result evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan
pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena siswa
B.
Saran
Dalam melaksanakan
evaluasi pelatihan hendaknya dilakukan secara sistematis sistem kontrolnya
lebih terarah khususnya level 3 dan level 4
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, R., Diklat, B., & Jakarta, K. (2020). Penerapan
Model Evaluasi Kirkpatrick. 1.
Badu, S. Q.
(2013). Implementasi Evaluasi Model Kirkpatrick Pada Perkuliahan Masalah Nilai
Awal Dan Syarat Batas. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 16,
102–129.
Damanik, R. (2019). Evaluasi Program Pembelajaran Matematika
Dengan Pendekatan Kirkpatrick. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 8(2).
Nurjanah, A. (2018). Pengukuran Keberhasilan Diklat. Tatar
Pasundan Jurnal Diklat Keagamaan, XII(April), 71–82
Putro, W. E. (2000). Evaluasi Program Pembelajaran. Jurnal
Ilmu Pendidikan, 1–16.
Ramadhon,
Syafril. Penerapan
Model Empat Level Kirkpatrick dalam
Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur di Pusdiklat Migas, Forum Diklat, 6 (21), hlm. 45-48
Ridho, A., Kusaeri, K., Nasaruddin, N., & Rohman, F.
(2020). Evaluasi Program Gerakan Furudhul Ainiyah (Gefa) dengan Menggunakan
Model Kirkpatrick. Fikrotuna, 11(01).
Ritonga, R., Saepudin, A., & Wahyudin, U. (2019).
Penerapan Model Evaluasi Kirkpatrick Empat Level Dalam Mengevaluasi Program
Diklat Di Balai Besar Pelatihan Pertanian (Bbpp) Lembang. Jurnal Pendidikan
Nonformal, 14(1), 12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar