📢 Materi 2: konsep matematika dalam budaya lokal 📢
Halo Mahasiswa hebat! 👋✨
Di materi ke dua, kita akan belajar tentang Konsep Matematika dalam Budaya Lokal di Sini. Pastinya, kalian sudah pernah mendapatkan materi ini di pelajaran sebelumnya, jadi ini saatnya untuk memperdalam pemahaman kalian! 📚💡 Caranya:
✅ Tonton video YouTube di bawah ini karena di dalamnya terdapat penjelasan lengkap tentang materi. 🎥👀
✅ Download bahan ajar dalam format PDF yang tersedia di deskripsi video. 📄⬇️
TONTON VIDEO PERTEMUAN 2 DI SINI !
✅ Kerjakan latihan soal yang berada pada bahan ajar yang sudah di download untuk mengasah pemahaman kalian. ✍️
✅ Kumpulkan tugas harian kalian dalam format PDF atau tulis tangan juga bisa kemudian di Scan PDF dan unggah ke link yang tersedia di bawah ini. 📤📎 dengan keterangan NAMA_TUGAS HARIAN PERTEMUAN 2 (UNTUK KEHADIRAN)
KUMPULKAN TUGAS HARIAN PERTEMUAN 2 UNTUK KEHADIRAN DI SINI !
📌 Jangan lupa! Pastikan semua tugas dikumpulkan tepat waktu. Semangat belajar dan tetap berusaha yang terbaik! 🚀🔥
Tugas Pertemuan ke tiga masing-masing kerjakan dalam bentuk PPT Canva atau PPT Biasa (PDF) ya 💪📖 ! dan akan di tagih pada pertemuan yang akan datang sebagai tugas individu
PERTEMUAN 1 ETNOMATEMATIKA
Etnomatematika: Konsep Matematika dalam Budaya Lokal
Etnomatematika melihat bahwa setiap masyarakat memiliki bentuk pemahaman dan praktik matematika yang unik, meskipun tidak selalu dinyatakan secara formal seperti dalam matematika Barat. Konsep-konsep seperti pengukuran, pola, bilangan, logika, geometri, dan probabilitas telah lama diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lokal melalui aktivitas budaya, seni, dan teknologi tradisional. Dalam konteks ini, matematika tidak hanya dipelajari di sekolah, tetapi hidup dan berkembang dalam budaya.
1. Sistem Bilangan Tradisional
Beberapa masyarakat di Indonesia memiliki sistem bilangan sendiri, seperti:
Suku Abui di Alor yang menggunakan bilangan dengan pendekatan tubuh (tangan dan kaki).
Masyarakat Papua yang menghitung dengan benda atau tanda alam.
Orang Batak dengan nama khusus untuk angka-angka yang berbeda dari sistem desimal modern.
2. Pola dan Geometri dalam Tenun dan Batik
Karya-karya seni tradisional seperti kain tenun, batik, dan ukiran kayu menyimpan konsep matematika:
Motif simetris dan berulang mencerminkan konsep transformasi dan simetri.
Proporsi dan bentuk pola pada tenun ikat dari Nusa Tenggara Timur atau motif Toraja mencerminkan pemahaman geometris.
Pembuatan pola membutuhkan perhitungan jumlah benang, simpul, dan barisan warna.
3. Arsitektur Tradisional
Rumah adat Indonesia seperti Rumah Gadang (Minangkabau), Tongkonan (Toraja), dan Sa’o (Ngada, Flores) dibangun berdasarkan prinsip matematis:
Ukuran rumah diatur sesuai dengan jumlah penghuni dan status sosial.
Tata ruang simetris mencerminkan konsep keseimbangan dan proporsi.
Perhitungan struktur atap dan jumlah tiang juga melibatkan geometri dan trigonometri sederhana.
4. Sistem Navigasi dan Kalender
Beberapa masyarakat nelayan seperti suku Bajo dan Bugis menggunakan perhitungan posisi bintang, arus laut, dan waktu bulan untuk menentukan arah dan musim. Pengetahuan ini mengandung unsur matematika astronomi dan perhitungan waktu, meskipun tidak ditulis dalam rumus.
5. Permainan Tradisional
Permainan seperti congklak atau dakon memuat unsur strategi, logika, dan hitungan:
Pemain harus menghitung langkah, membuat prediksi, dan mengatur strategi yang mencerminkan pemahaman kombinatorik dan probabilitas sederhana.
6. Perdagangan Tradisional dan Takaran
Pasar tradisional menggunakan satuan takaran seperti "ikat", "tumpuk", atau "sikat". Penjual dan pembeli memiliki kesepakatan nilai yang berbasis kebiasaan:
Ini menunjukkan penerapan konsep estimasi, rasio, dan satuan ukur lokal.
Kesimpulan
Konsep-konsep matematika dalam budaya lokal menunjukkan bahwa matematika bukan hanya warisan Barat, tetapi juga bagian dari praktik hidup masyarakat di seluruh dunia. Etnomatematika mengajak kita untuk menghargai dan mempelajari matematika dari sudut pandang budaya, serta memanfaatkannya dalam pendidikan untuk mengaitkan pelajaran matematika dengan realitas dan kearifan lokal. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pemahaman siswa, tetapi juga membantu melestarikan budaya bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar